Pages

Search

Minggu, 26 Agustus 2012

Ketika Cinta Bertasbih

Unsur  Intrinsik Novel Ketika Cinta Bertasbih



Bisnis 100% Tanpa Modal
1.  Tema
 Pengorbanan dan Perjuangan Hidup Untuk Mencapai Kebahagiaan
     Sejak awal menampilkan kisah Khairul Azzam, Seorang mahasiswa Al Azhar yang pintar dan rajin yang harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya beserta keluarganya yang ada di Indonesia dikarenakan ayahnya yang telah wafat saat ia naik ke semester dua. Seluruh pikiran, tenaga, dan waktu ia curahkan untuk bekerja membuat bakso dan tempe semata-mata untuk ibu dan adiknya, sehingga ia melupakan tujuan awalnya untuk menjadi mahasiswa tercepat yang meraih gelar doctor. Gelar S1-nyapun ia dapatkan Sembilan tahun semenjak pertama kali ia menginjakkan kaki di bumi para nabi, waktu yang cukup lama untuk meraih gelar S1 bagi mahasiswa yang semester pertama menjadi satu-satunya mahasiswa  Indonesia yang jayyid jiddan atau sangat baik.
2. Tokoh
a. Abdullah Khairul Azzam
                       i.   Selalu Bersyukur
 Menyaksikan fenomena alam yang dahsyat itu Azzam bertasbih, "Subhanallah. Maha Suci Allah yang telah mencip takan alam seindah ini.
                     ii.   Taat beribadah (sholeh)
 Khairul Azzam menutup gorden jendela kamarnya. Ia bergegas untuk shalat di masjid yang jaraknya tak jauh dari hotel.
                   iii.    Komitmen
 Dalam kesepakatan yang kita buat, saya bertugas membuat dan menjaga Nasi Timlo Solo selama enam hari. Dari jam sepuluh pagi sampai jam empat sore.
                     iv.    Peduli (penolong)
 Baiklah, sekarang masalah bantu membantu. Bukan bis-nis. Saya ingin murni membantu, jadi saya tidak akan meng-harapkan apapun dari Mbak.
                       v.   Pandai
 Tahun pertama di Mesir ia naik tingkat dengan nilai lebih baik dari anak konglomerat Jakarta itu. Bahkan Furqan sering bertanya padanya tentang kosa kata bahasa Arab yang musykil saat membaca diktat
                     vi.   Tanggung Jawab
 Saya memang harus bekerja untuk menghidupi adik adik saya di Indonesia. Ayah saya wafat saat saya baru satu tahun kuliah di Mesir
                   vii.   Tenang (tidak grusu grusu)
 Jangan berpikir ke mana-mana. Tenanglah, tak akan terjadi apa-apa. Akan segera kutemui Eliana
                 viii.   Pekerja Keras
 Ia masih juga belum istirahat dari pekerjaannya. Sementara teman-teman-nya satu rumah sudah larut bermesraan dengan mimpi indahnya masing masing
                     ix.   Pantang Menyerah (ulet)
 Namun sepertinva ia tak mau menyerah. Dalam kondisi sangat letih, ia harus tetap bekerja. Ia tak mau kalah oleh keadaan
                       x.   Profesional
 Seli-sih harga sekecil apapun harus ia perhatikan. Ia memang ber-usaha seprofesional mungkin. Meskipun cuma bisnis tempe
                     xi.   Berani
 Azzam tak mau kalah, sebab ia merasa benar. Sudah menjadi watak Azzam untuk sebuah kebenaran ia siap berduel sampai mati
b. Eliana Pramesthi Alam
                       i.   Pintar
Tulisannya rapi, runtut, berkarakter, tajam dan kuat datanya. Orang dengan pengetahuan memadai, akan menilai tulisannya merupakan perpaduan pandangan seorang jurnalis, sastrawan dan diplomat ulung
                     ii.    Emosional (pemarah)
 Ia memang orang yang mudah emosi jika ada sedikit saja hal yang tidak sesuai dengan suasana hatinya.
c. M.Furqan
                       i.   Pintar
 Furqan lebih dikenal sebagai intelektual muda yang sering diminta menjadi nara sumber di pelbagai kelompok kajian
                     ii.   Ramah
 SeteIah berpelukan, Furqan mengajak Azzam menemaninya makan roti kibdah  di samping sebuah masjid tua sambil berbincang-bincang
                   iii.   Glamour
 Furqan langsung merasakan kesejukan dan kemewahan kamarnya. Kemewahan Eropa kontemporer hasil perkawinan arsitektur Italia dan Turki modern

d. Anna Althafunnisa
                       i.   Pintar
 Anna adalah bintangnya pesantren Daarul Quran. Sejak kecil ia menghiasi dirinya dengan prestasi dan prestasi selain dengan akhlak mulia tentunya. Ia menyelesaikan S1-nya di Alexandria dengan predikat mumtaz
                     ii.   Sederhana
 Anna lebih memilih menutup diri dari kegiatan-kegiatan yang bersifat glamour
                   iii.   Sholeh
 Iya. Dialah gadis cantik dan salehah yang aku maksud. Dan saat ini ayahnya menginginkan dia segera menikah
     Tokoh Pembantu:
·        Ayatul Husna
·        Lia
·        Malikatun
·        Sara
·        Kyai Lutfi Hakim
·        Pak Ali
·        Ustadz Mujab
·        Cut Tiara
·        Fadhil
·        Cut Mala
·        Nanang
·        Ali
·        Nasir
·        Hafez

3. Alur Cerita (Plot)
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur progesif , yaitu jalan cerita atau peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis, atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian)
Perkenalan:
Khairul Azzam seorang mahasiswa Universitas Al Azhar yang separuh waktunya digunakan untuk berjualan tempe dan bakso. Ketika duduk di semester 2 ayahnya meninggal, semenjak itulah Azzam harus membiayai kuliahnya sendiri dan juga harus membiayai kebutuhan ibu dan 3 adiknya di Indonesia.
Pertikaian:
Dimulai saat munculnya tokoh Elliana dan Furqan. Elliana, putri dari duta besar di Cairo yang sering meminta bantuan kepada Azzam untuk membuat hidangan bagi tamu. Elliana diam diam mengagumi sosok Azzam yang telah banyak membantunya, namun Elliana telah menyatakan perasaannya kepada Furqan. Di sisi lain Furqan bingung dengan pernyataan dari Elliana karena ia terlanjut mengkhitbah (melamar) seorang mahasiswi Al Azhar yang belum memberi keputusan atas pinangannya.
Penggawatan
Azzam disarankan oleh Pak Ali seorang sopir Pak Dubes agar tidak menaruh hati terhadap Elliana dan member solusi kepada Azzam untuk mengkhitbah seorang wanita yang bernama Anna Althafunnisa melalui perantara pamannya yang bernama Ustadz Mujab, namun belum sampai niat terwujud Azzam harus memendam keinginannya untuk memiliki Anna karena Anna telah terlebih dahulu dikhitbah oleh temannya sendiri, yaitu Furqan.
Puncak
Setelah pertimbangan yang lama atas keinginan Furqan untuk meminangnya akhirnya Anna menerima pinangan tersebut dengan beberapa syarat. Furqanpun merasakan dilema atas jawaban yang diberikan Anna karena sebelumnya ia mendapat musibah pemerasan dan divonis menderita AIDS sehingga dia merasa akan menghancurkan masa depan Anna. Disisi lain Azzam harus segera menyelasaikan studinya karena dia sudah tidak dibebankan untuk memenuhi kehidupan keluarga di Indonesia, Husna dan Lia sudah mampu mencukupi kebutuhan keluarga di Indonesia sehingga Azzam dapat konsentrasi penuh pada ujian yang akan datang.
Peleraian
Saat yang ditunggu tunggupun akhirnya tiba Azzam lulus dengan predikat JAYYID alias baik. Azzam sudah dapat membayangkan kembali berkumpul dengan keluarganya yang selama sembilan tahun telah ia tinggalkan untuk menempuh studi dan bekerja di bumi para nabi. Azzam merasa bahwa mungkin inilah saat terakhirnya berada di Mesir karena dia akan kembali ke Indonesia untuk selama lamanya dan mungkin tak akan bias kembali lagi ke Mesir, oleh karena itu ia membagikan warisan yang tidak bias dia bawa pulang kepada para sahabatnya satu rumah yang secara tidak langsung telah menjadi keluarganya.
4. Latar (setting)
a. Tempat
                       i.   Kota Alexandria
 “Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu  memesona “
                     ii.   Pantai El Mumtazah
 Acara makan malam itu berlangsung di sebuah taman yang terletak di garis Pantai El Muntazah.
                   iii.   Pantai Cleopatra
 Ia berjalan di samping Pak Ali. Hari masih sangat pagi. Pantai Cleopatra masih sepi
                     iv.   Hay El Asher
 Sampai di Cairo. Azzam langsung meluncur pulang keru-mahnya di Hay El Asher. Tepat menjelang Maghrib ia sampai di rumah
                       v.   Kota Cairo
 Gadis itu berjalan dengan hati berselimut cinta. Hatinya erbunga-bunga. Siang itu, Kota  Cairo ia rasakan tidak seperti bia-sanya
                     vi.   Universaitas Al Azhar
 Usai shalat Zuhur di masjid Al Azhar, Azzam melangkah-kan kakinya menuju kampus Fakultas Ushuluddin, Al Azhar University
b. Waktu
                       i.   Siang
 Siang itu sebelum jam dua belas, semua orang dalam rombongan "Pekan Promosi Wisata dan Budaya Indonesia di Alexandria" sudah keluar dari hotel
                     ii.   Sore
Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu
memesona
                   iii.   Malam
 Jam setengah tiga. Purnama bulat sempurna. Bintang-bintang bertaburan menghias angkasa. Malam itu Kota Cairo
terasa sejahter
                     iv.   Pagi
Seolah mengiringi takbir alam di pagi itu, bibir Azzam bergetar mengucap takbir menjawab azan
                       v.    
c. Suasana
                       i.   Bahagia
 Ia berjalan dengan hati berselimut cinta. Kedua matanya basah oleh air mata haru dan bahagia. Itu bukan kali pertama ia menangis bahagia. Ia pernah beberapa menangis bahagia
                     ii.   Sedih
 Kami kena musibah. Dompet  Ukhti  Erna ini dicopet. Tadi busnya penuh sesak. Kami berdiri dekat pintu. Saya me-lihat copet itu mengambil dompet Ukhti Erna. Saya berteriak. Si copet langsung loncat bus dan lari. Saya minta bus berhenti dan minta orang-orang membantu mengejar pencuri itu. Tapi mungkin sopirnya nggak dengar, soalnya kita di pintu belakang
                   iii.   Menjengkelkan
Eliana tampak gusar dan geram. Berani-beraninya pemuda itu memutus pembicaraan begitu saja. Dan berani-beraninya ia memandang sebelah mata terhadap dirinya. Pikirnya
                     iv.   Sepi
Ia berjalan di samping Pak Ali. Hari masih sangat pagi. Pantai Cleopatra masih sepi. Udara ber-kabut tipis
                       v.   Tegang
Di rumah Azzam sua-sana tegang belum hilang. Fadhil belum juga sadar sampai jam enam pagi
                     vi.   Hening
Hadirin diam. Suasana hening. Fadhil tidak kelihatan. Seurune Kale ditiup perlahan. Diikuti hentakan tabuh Rapa'i. Iramanya mengalun, mengge-ma, menyihir siapa saja yang mendengarnya
                   vii.   Tenang
Semilir angin mengalirkan kesejukan. Suara desaunya benar-benar terasa seumpama de-sau suara zikir alam yang menciptakan suasana tenteram
                 viii.    
5. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang yang dipergunakan pengarang dalam membuat novel ini adalah Sudut pandang orang ketiga.
     Di matanya, Kota Alexandria sore itu tampak begitu memesona. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan seolah menyepuh atap-atap rumah, gedung-gedung, menara-menara, dan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di jalan. Semburat cahaya kuning yang terpantul dari riak gelombang di pantai menciptakan aura ketenangan dan kedamaian
6. Gaya bahasa
Pengarang menggunakan bahasa yang sederhana, yang mudah dimengerti oleh para pembaca. Pemilihan dan penggabungan kata kata yang sangat baik sehingga menimbulkan suatu keseimbangan yang membuat pembaca bisa sangat menghayati novel ini
Di novel ini penulis juga banyak menggunakan majas atau gaya bahasa antara lain:
1. Simile
Kecantikannya ibarat permata maknun yang mengalahkan semua permata yang ada di dunia
2. Perumpamaan
Foto itu ia rasakan bagaikan pedang yang siap menggorok lehernya
3. Metafora
ia menjadi buah bibir dikalangan mahasiswa dan masyarakat Mesir
4. Personifikasi
Matahari terus berjalan mendekati peraduannya
5. Hiperbola
Tapi bagimu menyantap masakannya akan mengobarkan bara asmara yang mungkin susah payah kau padamkan
          Selain itu dalam novel ini juga banyak menggunakan istilah istilah ataupun kosakata dalam bahasa arab, bahasa inggris, bahasa jawa ,juga banyak mengutip  ayat ayat Al Qur’an, hadis, dan kutipan dari beberapa penyair. Contoh:
·        Kosakata bahasa arab
Iftahil baab! If tahil baab!  (Buka pintu! Buka pintu!  )
·        Kosakata bahasa inggris
Good Afternoon, Sir. Can I help you?  (Selamat siang, Pak. Dapatkah saya membantu anda?)
·        Kosakata bahasa jawa
Anake sopo yo kae?  (Anaknya siapa ya dia itu?  )
·        Ayat Al Qur’an, QS. An Najm (Bintang) [53]:1-2
 Demi  bintang ketika terbenam.
 Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.Amanat
·        Hadis
Sesungguh-nya sedekah itu bisa meredam murka Tuhan dan menjaga seseorang
dari kematian yang buruk
·        Kutipan
Jangan biarkan orang lain lebik tahu banyak tentang dirimu. Bekerjalah dengan senang hati dan dengan ketenangan jiwa, yang membuat kamu menyadari,
bahwa muatan pikiran yang benar dan usaha yang benar akan mendatangkan hasil yang benar!
7. Amanat
Begitu banyak amanat, pesan, pelajaran, maupun nilai yang dapat kita petik dari novel ini, antara lain:
o   Kita tak sepantasnya menyombongkan diri dengan kelebihan yang kita miliki karena ada Allah yang menguasai seluruh jagad raya ini.
o   Untuk mencapai suatu tujuan harus membutuhkan suatu pengorbanan, karena dengan pengorbanan itulah yang membuat kita pantas untuk mencapai tujuan tersebut
o   Man jadda wajada., Siapa yang besungguh sungguh berusaha akan mendapatkan yang diharapkannya
o   Kewenangan yang diberikan Tuhan untuk manusia hanyalah berikhtiar dan berusaha. Adapun takdir sepenuhnya ada-lah hak dan keputusan Tuhan Yang Maha Kuasa.
o   Terkadang cinta tidak harus memiliki, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar